Blog dr.Eki

Archive for the ‘Info Kedokteran’ Category

Agama membuat manusia hidup bermakna, bertujuan dan mempunyai panduan. Dengan agama, orang akan berpikir positif, mempunyai kendali dan harga diri, serta mempunyai metode pemecahan masalah spesifik yang memperbaiki daya tahan mental. Individu dengan komitmen agama yang tinggi terlibat langsung dengan masyarakat luas, sehingga didukung dan diterima. Skor religius terbukti menjadi indicator hubungan baik dan harmoni antar keluarga. Kegiatan ibadah dan Tomography-Radio ligan (PET) membuktikan kepadatan reseptor 5HT1A social bersama serta berulang kali membangkitkan rasa kebersamaan dan solidaritas. Pencitraan otak dengan Positron Emision yang rendah ditemukan pada orang dengan komitmen agama tinggi yang tenang. Seorang penganut agama yang taat,cenderung bermoral terpuji,berakhlak yang baik,taat pada norma social dan mendapat dukungan masyarakat.
Secara biologis,tutur kata yang halus dan baik seperti ketika berdoa,mampu mengubah partikel air menjadi kristal heksagonal yang bukan saja indah,tetapi juga sehat. Dia bukti hubungan potensi internal manusia dengan kondisi eksternal alam semesta. Penelitian psikoneuro-imunologik menunjukkan korelasi positif langsung antara aktivitas ibadah dengan kesehatan jiwa. Kadar CD-4(Limfosit T helper) yang tinggi merefleksikan daya tahan imunologi yang tinggi ditemukan pada orang dengan skor religiusitas yang tinggi. Sholat tahajud rutin selama delapan minggu mampu meningkatkan kadar limfosit dan immunoglobulin serta meningkatkan kekebalan tubuh. Puasa Ramadhan pada dua minggu pertama meningkatkan kadar kortisol firasat stress. Namun, puasa pada dua minggu terakhir meningkatkan respons kekebalan imunologik. Mendengarkan ayat-ayat Al-Quran dapat menurunkan intensitas tegangan otot.
Religiusitas berkorelasi negatif dengan skor depresi. Pasien transplantasi jantung yang taat beribadah jauh lebih mampu bertahan hidup daripada yang tidak beribadah. Komitmen agama terbukti juga menurunkan kadar C Reaktive Protein (CRP) yang bersama IL-6 mencegah serangan jantung koroner. Peningkatan pemahaman beragama dan doa mampu menekan intensitas depresi. Skor anxietas yang lebih rendah ditemukan pada pasien yang mendapat ceramah agama dan bimbingan doa. Komitmen agama berkorelasi negatif dengan bunuh diri sehingga terapi religi digunakan untuk menekan perilaku bunuh diri.
Komitmen agama secara klinis berperan sebagai sarana promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif gejala depresi,ansietas,penyalahgunaan obat,serta perilaku antisosial.
Dominasi tokoh-tokoh kedokteran jiwa yang atheis dan terapi religi dilakukan oleh orang yang tidak paham agama dalam terapi psikiatri terpuruk pada jalan setapak yang diperolok-olokan. Sudah saatnya kita menaruh minat dan belajar lebih banyak lagi tentang terapi religi,yang secara empiris memperlihatkan hasil nyata dan menakjubkan.

Sumber: Pidato Pengukuhan Mohammad Fanani, Guru Besar FK UNS dalam Majalah MEDIKA No. 11 Tahun XXXIV,November 2008.

254px-sitagliptinsvg

Sitagliptin (INN; previously identified as MK-0431, trade name Januvia) is an oral antihyperglycemic (anti-diabetic drug) of the dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor class, Sitagliptin being the only 2nd Generation DPP4 inhibitor currently available. This enzyme-inhibiting drug is used either alone or in combination with other oral antihyperglycemic agents (such as metformin or a thiazolidinedione) for treatment of diabetes mellitus type 2. The benefit of this medicine is its lower side-effects (e.g., less hypoglycemia, less weight gain) in the control of blood glucose values. Exenatide/Byetta is an alternative drug that also works with the incretin system.

Adverse effects
In clinical trials, adverse effects were as common with sitagliptin (whether used alone or with metformin or pioglitazone) as they were with placebo, except for extremely rare nausea and common cold-like symptoms..[2] There is no significant difference in the occurrence of hypoglycemia between placebo and sitagliptin.[2]

History
Sitagliptin was approved by the U.S. Food and Drug Administration (FDA) on October 17, 2006[3] and is marketed in the US as Januvia by Merck & Co. On April 2, 2007, the FDA approved an oral combination of sitagliptin and metformin marketed in the US as Janumet.

Mechanism

See also: Dipeptidyl peptidase-4 inhibitors

Sitagliptin works to competitively inhibit the enzyme dipeptidyl peptidase 4 (DPP-4). This enzyme breaks down the incretins GLP-1 and GIP, gastrointestinal hormones that are released in response to a meal.[4] By preventing GLP-1 and GIP inactivation, GLP-1 and GIP are able to potentiate the secretion of insulin and suppress the release of glucagon by the pancreas. This drives blood glucose levels towards normal. As the blood glucose level approaches normal, the amounts of insulin released and glucagon suppressed diminishes thus tending to prevent an “overshoot” and subsequent low blood sugar (hypoglycemia) which is seen with some other oral hypoglycemic agents.

Source : wikipedia.org


Klik tertinggi

  • Tidak ada